Badung – Balivrita.com, Jembatan Tukad Bangkung yang terletak di Kabupaten Badung, Bali, kembali menjadi sorotan setelah insiden bunuh diri yang terjadi baru-baru ini. Jembatan yang terkenal dengan keindahannya dan merupakan salah satu yang tertinggi di Bali ini, kembali memakan korban jiwa, menambah panjang daftar kejadian serupa di lokasi yang sama. Warga setempat kini dilanda kecemasan menyusul rentetan kejadian tragis yang kerap terjadi di jembatan yang memiliki panorama spektakuler ini.
Tragedi bunuh diri terakhir terjadi pada awal bulan April 2025, saat seorang pria ditemukan tewas setelah melompat dari ketinggian jembatan yang mencapai lebih dari 70 meter. Korban, yang diketahui berinisial IGS, diduga melakukan tindakan nekat tersebut karena masalah pribadi. Ini bukan kejadian pertama yang terjadi di jembatan ini. Sebelumnya, pada bulan Maret 2025, seorang perempuan ditemukan dalam keadaan tak bernyawa setelah terjun dari jembatan tersebut. Kejadian ini semakin memperpanjang daftar panjang kasus bunuh diri di lokasi yang dikenal sebagai ‘Jembatan Maut’.
Fenomena tragis ini menimbulkan pertanyaan di kalangan warga dan pihak berwenang tentang apa yang menjadi penyebab utama banyaknya orang yang memilih Jembatan Tukad Bangkung sebagai tempat untuk mengakhiri hidup mereka. Sejumlah teori bermunculan, mulai dari faktor psikologis hingga kepercayaan mistis yang beredar di kalangan masyarakat setempat. Banyak yang percaya bahwa jembatan ini memiliki energi negatif atau aura gelap, yang mungkin mempengaruhi keadaan mental seseorang. Namun, hingga kini belum ada penjelasan pasti mengenai fenomena ini.
Warga setempat merasa cemas dan khawatir dengan situasi yang terus berulang. Mereka menyebutkan bahwa setiap kali ada insiden seperti ini, suasana desa menjadi lebih mencekam, dan banyak yang merasa takut untuk melewati jembatan, terutama pada malam hari. Beberapa warga bahkan mengungkapkan bahwa mereka sering mendengar cerita-cerita menyeramkan terkait jembatan tersebut, yang semakin memperburuk ketakutan.
Pihak berwenang, termasuk pemerintah desa Pelaga dan Belok Sidan, telah mengupayakan beberapa langkah preventif untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah dengan mengusulkan untuk memasang pagar pembatas atau terali besi di sepanjang jembatan, sebagai langkah untuk mencegah orang-orang yang berniat mengakhiri hidupnya dari melompat. Beberapa jembatan di Bali yang terkenal dengan ketinggiannya telah dilengkapi dengan pagar pembatas serupa untuk mengurangi angka bunuh diri.
Selain itu, pihak kepolisian setempat juga semakin intensif melakukan patroli di sekitar area jembatan, terutama pada jam-jam rawan, untuk mencegah terjadinya kejadian serupa. Mereka juga berencana untuk bekerja sama dengan pemerintah provinsi Bali guna mengidentifikasi langkah-langkah lebih lanjut yang dapat diambil untuk menanggulangi masalah ini.
Namun, ada juga kekhawatiran bahwa meskipun berbagai langkah pencegahan diterapkan, fenomena bunuh diri yang terus berulang ini tidak hanya disebabkan oleh faktor fisik atau infrastruktur, tetapi juga dipengaruhi oleh masalah mental dan emosional yang lebih dalam. Para ahli kesehatan mental menilai bahwa kejadian seperti ini sering kali merupakan cerminan dari masalah psikologis yang lebih besar, yang memerlukan perhatian lebih dari segi penguatan layanan kesehatan mental di Bali.
Kasus bunuh diri yang terjadi di Jembatan Tukad Bangkung ini menyoroti pentingnya kesadaran akan kesehatan mental dan perlunya dukungan psikologis yang lebih luas di masyarakat. Pemerintah dan lembaga sosial diharapkan dapat lebih proaktif dalam memberikan edukasi dan dukungan bagi mereka yang membutuhkan, agar tragedi serupa tidak terus berulang.
Dalam beberapa tahun terakhir, Bali telah mengalami peningkatan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, namun masih banyak yang merasa stigma terhadap orang yang membutuhkan bantuan psikologis. Banyak warga yang merasa enggan untuk mencari pertolongan meskipun mereka mungkin sedang menghadapi tekanan emosional atau psikologis yang berat. Oleh karena itu, di samping upaya preventif di tingkat infrastruktur, langkah-langkah untuk meningkatkan layanan dukungan psikologis harus menjadi bagian dari solusi jangka panjang.
Fenomena bunuh diri yang terjadi di Jembatan Tukad Bangkung ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental dan upaya preventif yang lebih menyeluruh. Diharapkan, melalui kerjasama antara pihak berwenang, masyarakat, dan profesional kesehatan, insiden tragis ini dapat diminimalkan, dan kesejahteraan mental masyarakat dapat lebih diperhatikan. dc