Bali Saatnya Berani Beralih: Mengedepankan Sektor Agraris di Luar Pariwisata

Facebook
WhatsApp
Telegram

Penulis: Putu Ayu Suniadewi

Perekonomian Bali diproyeksikan tumbuh 5-5,8% pada 2025, melampaui perkiraan nasional (4,7-5,5%). Namun, ketergantungan pada pariwisata (38% PDB) membuatnya rentan terhadap guncangan global. Revitalisasi sektor agraris menjadi solusi strategis untuk menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih berkelanjutan.


Pemulihan sektor pertanian menjadi fokus pemerintah, dengan potensi pengembangan komoditas unggulan seperti kopi, cengkeh, dan sayuran organik. Tabanan, sebagai lumbung padi Bali, bisa menjadi pionir dalam transformasi ini dengan dukungan teknologi pertanian modern.


Saat ini, 65% perekonomian Bali terkonsentrasi di wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan). Penguatan sektor agraris di daerah lain seperti Buleleng dan Karangasem dapat mendorong pemerataan pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan ekonomi.


Diversifikasi melalui agrowisata dan agroindustri mampu menciptakan rantai nilai baru. Contohnya, pengolahan hasil pertanian menjadi produk bernilai tinggi seperti minyak kelapa murni (VCO) atau kopi spesialti bisa meningkatkan daya saing ekspor. Pengembangan sektor agraris memerlukan dukungan infrastruktur seperti irigasi, jalan produksi, dan fasilitas penyimpanan (cold storage). Kolaborasi pemerintah-swasta dalam pembiayaan proyek infrastruktur menjadi kunci keberhasilan.


Meski akseptansi digital di Bali tinggi, masih ada kesenjangan pemahaman di kalangan petani. Pelatihan teknologi pertanian (precision farming) dan pemasaran digital (e-commerce hasil bumi) perlu diintensifkan untuk meningkatkan produktivitas.


Investasi di sektor agraris harus berorientasi jangka panjang, seperti pengembangan kawasan food estate atau industri pengolahan berbasis lokal. Skema kemitraan petani-korporasi dapat mempercepat transfer pengetahuan dan modal. Bank Indonesia telah memberikan stimulus ekonomi regional, tetapi perlu diperkuat dengan insentif fiskal bagi pelaku usaha agraris, seperti keringanan pajak untuk UMKM pertanian dan subsidi pupuk organik.


Kabupaten Tabanan dengan subsektor padi dan holtikultura bisa menjadi pilot project pengintegrasian pertanian dengan pariwisata (edutourism pertanian). Langkah ini sekaligus mendukung visi Bali sebagai pulau berkelanjutan (sustainable island).

Generasi muda Bali dapat menjadi pelopor transformasi sektor pertanian dengan memanfaatkan teknologi modern seperti sistem irigasi pintar, mengembangkan pertanian organik bernilai tinggi (kopi, vanilla, atau sayuran premium), serta mengintegrasikannya dengan agrowisata dan ekonomi kreatif untuk menciptakan rantai nilai berkelanjutan. Dengan memanfaatkan platform digital untuk pemasaran dan membangun jaringan pemuda tani, mereka tidak hanya akan meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjadikan pertanian sebagai sektor yang menarik, profitable, dan berbasis kearifan lokal Bali. Dukungan melalui pelatihan kewirausahaan, akses permodalan, dan kolaborasi dengan stakeholder akan mempercepat terwujudnya kemandirian pangan dan ekonomi hijau di Pulau Dewata.


Dengan mengurangi ketergantungan pada pariwisata dan memperkuat sektor agraris, Bali tidak hanya akan lebih resilien terhadap krisis, tetapi juga mampu menjadi contoh pembangunan ekonomi berbasis kearifan lokal dan kelestarian lingkungan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *